• Wujudkan Desa Ramah Lansia, Nyata

    Indonesia akan menikmati bonus demografi ketika jumlah penduduk dengan usia produktif sangat besar, sementara penduduk usia mudanya semakin mengecil dan penduduk usia lanjutnya (lansia) belum membesar. Penduduk lansia tersebut bahkan diprediksi menjadi bonus demografi kedua bagi Indonesia.
    Pemerintah sendiri menyampaikan bonus demografi ini sudah dinikmati sejak 2012 dimana rasio ketergantungan penduduk di bawah 50% per 100 penduduk usia produktif. Kekuatan tenaga kerja produktifnya, kedepannya bangsa Indonesia diharapkan mampu menguasai ekonomi dunia. Puncak bonus demografi yang dinikmati Indonesia, diperkirakan terjadi tahun 2028-2031. Setelah itu, jumlah penduduk lansianya akan membesar.
     
    Jumlah penduduk lansia yang membesar ternyata berpotensi memberikan banyak benefit jika tangguh, sehat dan tetap produktif. Namun demikian, menjadikan penduduk lansia tetap sehat, tangguh dan produktif tentu membutuhkan banyak persiapan serta dukungan dari semua pihak. Persoalan kualitas gizi, sanitasi serta dukungan lingkungan yang sehat kemudian menjadi beberapa hal prioritas yang wajib diwujudkan, sama halnya dengan penyiapan kualitas penduduk usia produktif.
    National Institute on Aging (NIA) mengatakan, “Orang berusia lanjut menjadi proporsi penduduk yang paling cepat berkembang di antara populasi dunia.” Orang hidup semakin lanjut, tapi tidak berarti mereka lebih sehat. Penambahan populasi usia lanjut membawa banyak kesempatan tetapi juga sejumlah tantangan kesehatan masyarakat yang perlu kita persiapkan.”

    Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun.  Penuaan populasi berdampak pada begitu banyak aspek dalam kehidupan, misalnya kebutuhan perawatan akut dan jangka panjang, pensiun, pekerjaan, transportasi dan mobilitas, serta tempat tinggal. Hal ini dapat selalu disikapi positif sebagai bagian kontribusi dalam menyambut bonus demografi. Ada banyak potensi untuk saling belajar dari pengalaman masing-masing, termasuk diantaranya kontribusi kami di salah satu upaya peningkatan pemberdayaan lansia melalui kawasan ramah lansia. 
     
    Pada tahun 2002, WHO mengeluarkan pedoman kota ramah lanjut usia (Age Fieldly Cities giudeline) guna merespon dua fenomena demografi.  Fenomena penuaan penduduk (ageing) yang mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat dan fenomena urbanisasi yang tinggi, yang mengglobal. Ada 8 dimensi Kota Ramah Lansia dari WHO. Salah satu program untuk mewujudkan kota ramah lansia dapat dilakukan melalui level terkecil yaitu Dusun maupun Desa ramah lansia. Salah satu upaya yang sudah dilakukan adanya  perwujudkan dusun ramah lansia yang telah diinisiasi di tahun 2013 berawal dari Dusun Karet Desa Pleret Bantul hingga saat ini upaya ini terus dilakukan untuk melakukan duplikasi di beberapa wilayah di seluruh Indonesia melalui kemitraan NGO, stakeholder puskesmas, dinas kesehatan, dinas sosial, komisi daerah lansia dan para akademisi. 
    Berbagai kegiatan berkaitan dengan kelanjutjutusiaan dengan pendekatan kegiatan yang produktif dan sustainable diperlukan dalam rangka mendukung kemandirian masyarakat. Termasuk kegiatan lansia berbasis komunitas melalui pos pelayanan terpadu/posyandu lansia. Bagaimana fungsi posyandu lansia sebagai pusat yang terintegrasi dan lahirnya inovasi program kelanjutusiaan bersumberdaya masyarakat. 

    Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Selanjutnya, lanjut usia dibedakan menjadi dua, yaitu lanjut usia produktif dan lanjut usia tergantung. Lanjut Usia produktif atau disebut Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau Jasa. Sedangkan Lanjut Usia tergantung adalah lanjut usia yang hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
     
    Dasar inilah yang dijadikan sebagai upaya pendekatan program inovasi kelanjut usiaan di masyarakat dibagi menjadi dua kategori program lansia produktif dan lansia tergantung, serta inisiasi dalam pembentukan masyarakat peduli lanjut usia. Beberapa praktek baik yang sudah dilakukan antara lain inovasi sekolah lansia, dementia care corner (art-therapy, brain gym), program senior socialita, program perawatan jangka panjang (long term care), caregiver training, bina keluarga lansia, dan home care.  
      
    Untuk semakin menebarkan manfaat perlunya semangat bersama berupa komunitas dalam mendukung model pemberdayaan lansia melalui program desa ramah lansia. Semoga bermanfaat sebagai media pembelajaran dan media saling berbagi pengalaman. Sebab jika diberi usia panjang semua orang akan melewati fase lanjut usia. Menyiapkan diri pribadi dan sistem yang ramah lansia merupakan hal yang perlu diperjuangkan bersama. Mari berkontribusi dalam mewujudkan kawasan ramah lanjut usia.  (de)* 
    *Dwi Endah, MPH  (Fasilitator dan Author Buku Menuju Dusun Ramah Lansia, 2013)